Selasa, 08 April 2014

Pengagum dalam Diam


Seberkas cahaya mentari menerangi meja ujianku, masuk melewati celah-celah kaca jendela ruangan ujian, berwarna coklat kusam karena bangunan yang sudah tua. Tepat cahaya itu mengarah padaku. Bunyi ketukan jarum arloji di tanganku menunjukkan masih ada 45 menit waktu yang tersisa, sedangkan aku telah selesai menjawab semua soal-soal yang berbelit-belit dan senang sekali berlarian mengelilingi otak ini. Mata ini perlahan mulai merasa lelah kemudian sayu  dan kuputuskan untuk merebahkan kepala sejenak di meja sambil melihat ke arah tangga di luar jendela. Terlihat sosok itu berjalan menuruni anak tangga. Dengan mata yang kupaksakan terbuka, aku mengamati sosok itu. Hanya sebagian rambutnya saja yang terlihat, namun aku sangat mengenal sosok itu. Tunggu sebentar, “sosok” mungkin itu terdengar menggelikan, atau mungkin “makhluk”ah sudahlah yang pasti tak ada julukan lain untuk sosok itu. Ya tentu sosok itulah yang saat ini kukagumi dalam diam. Sekarang kau sudah mulai mengetahui bahwa aku adalah seorang “pengagum” sosok itu. Mataku masih tetap menatap sosoknya yang perlahan menghilang dari balik tangga. Sementara mataku masih terpaku pada tempat sosok itu tadi, pikiranku ini mulai mengaktifkan sinyalnya. Aku mulai bertanya-tanya pada pikiranku sendiri. Akankah sosok itu mengetahui pengagumnya? Apa yang dilakukan sosok itu setelah mengetahui pengagumnya? Akankah sosok itu menjauh dari pengagumnya atau mungkin sebaliknya? Namun, mengapa bisa sosok itu tidak memperdulikan pengagumnya? Atau karena dia seorang pengagum dan hanya terfokus pada apa yang ia kagumi? Mungkin sosok itu juga sama sepertiku, aku mengetahui bahwa aku memiliki pengagum. Dan aku tak memperdulikan pengagumku sebab aku sedang terfokus pada sosok itu. Entah seorang pengagum memiliki pengagumnya, lucu sekali. Tapi bisakah seorang pengagum yang mengagumi seorang pengagum juga, dapat menemui titik kagum ataukah mereka akan pergi pada titik fokusnya masing-masing. Atau…ah. Sudah. Cukup. Hentikan. Apa yang sedang aku pikirkan sebenarnya. Seharusnya aku tak perlu menanyakan pertanyaan yang jelas-jelas tak bertemu jawaban. Tiba-tiba suara audiotelling mengumumkan waktu tersisa 10 menit. Dan akhirnya aku tersadar dari pikiranku yang tak jelas itu. Saat ini aku hanya bisa memperhatikan sosok itu dari jauh, memperhatikan setiap gerak geriknya yang membuatku bahagia (sementara). Dan untuk saat ini aku tak ingin memperdulikan perasaan yang membuatku lebih bertanya-tanya (lagi). Ya saat ini aku masih harus menjadi “Pengaum dalam Diam” untuk sosok itu.

 

Masih menunggu jawaban atas kepastian

Pengagummu dalam diam

~Zah

Related Posts:

  • Sirius Hai salam kenal, panggil aku Bima Sakti dan aku akan memperkenalkan kalian tentang sosok yang terindah, panggil dia Sirius. Dia adalah sosok yang telah lama kukagumi sejak perjumpaan pertamaku dengannya. Mungkin dia … Read More
  • Kalau kamu lihat post ini maka kamu harus baca!Teruntuk kamu yang sedang membaca tulisan iniIya kamu.. (yang sekarang mungkin sedang merasa tidak baik-baik saja)Gapapa, wajar kan kamu juga manusia. Aku cuma mau bilang kalau kamu itu hebat. Kamu hebat lebih … Read More
  • Goresan Pena tak Beraturan (1) malam, lampu kamar, buku-buku, iPhone, laptop, tinta hitam, bayangan, pena, semua itu terakit dengan baik dengan sedikit imaji yang sedang diputar, mengulang-ulang rekaman masa lalu, menggabungkannya dengan angan-… Read More
  • Pengagum dalam Diam Seberkas cahaya mentari menerangi meja ujianku, masuk melewati celah-celah kaca jendela ruangan ujian, berwarna coklat kusam karena bangunan yang sudah tua. Tepat cahaya itu mengarah padaku. Bunyi ketukan jarum arloji di t… Read More
  • My Sketch Book Normal 0 false false false IN X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 … Read More

0 comments:

Posting Komentar