Jakarta,
Beberapa waktu lalu Will dan Georgina Plant menemukan semacam refleksi putih di
salah satu bola mata putra mereka, hingga mata si bocah terlihat seperti mata
kucing. Penasaran, mereka membawanya ke salah seorang ahli kacamata.
Pasangan asal Royal Wootton Bassett, Wiltshire UK ini membawa Benjamin ke cabang optik Haine and Smith terdekat. "Disitu saya menanyakan tentang mata kanan Benjamin karena kami khawatir ada kejanggalan berupa refleksi seperti mata kucing. Kami juga telah memeriksanya berulang kali di bawah penyinaran yang spesifik dan dari berbagai sudut," tutur Will seperti dilansir Daily Mail, Senin (6/1/2014).
Tanpa mereka sadari, ini merupakan gejala klasik dari retinoblastoma, kanker mata agresif nan langka yang menyerang sel-sel retina.
Dan benar saja, ketika sang ahli kacamata melihat kondisi bola mata Benjamin, ia langsung menelpon rumah sakit lokal dan memberi rujukan kepada seorang spesialis mata, meski saat itu sedang akhir pekan.
"Setelah melihat kondisi yang sangat serius dan butuh pemeriksaan segera itu, si ahli kacamata rela pulang larut malam untuk mempersiapkan surat rujukan, bahkan menelpon rumah sakit di hari Minggu untuk memastikan Benjamin segera diperiksa oleh dokter spesialis mata," kata Will.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan di Great Western Hospital, Swindon pun mengungkap bahwa mata kanan Benjamin telah buta dan hal ini tak diketahui sama sekali oleh kedua orangtuanya.
Kemudian setelah menjalani pemeriksaan di bawah pengaruh obat bius, keluarga ini pun dirujuk ke klinik khusus retinoblastoma yang berada di Royal London Hospital.
Pasangan asal Royal Wootton Bassett, Wiltshire UK ini membawa Benjamin ke cabang optik Haine and Smith terdekat. "Disitu saya menanyakan tentang mata kanan Benjamin karena kami khawatir ada kejanggalan berupa refleksi seperti mata kucing. Kami juga telah memeriksanya berulang kali di bawah penyinaran yang spesifik dan dari berbagai sudut," tutur Will seperti dilansir Daily Mail, Senin (6/1/2014).
Tanpa mereka sadari, ini merupakan gejala klasik dari retinoblastoma, kanker mata agresif nan langka yang menyerang sel-sel retina.
Dan benar saja, ketika sang ahli kacamata melihat kondisi bola mata Benjamin, ia langsung menelpon rumah sakit lokal dan memberi rujukan kepada seorang spesialis mata, meski saat itu sedang akhir pekan.
"Setelah melihat kondisi yang sangat serius dan butuh pemeriksaan segera itu, si ahli kacamata rela pulang larut malam untuk mempersiapkan surat rujukan, bahkan menelpon rumah sakit di hari Minggu untuk memastikan Benjamin segera diperiksa oleh dokter spesialis mata," kata Will.
Hasil pemeriksaan yang dilakukan di Great Western Hospital, Swindon pun mengungkap bahwa mata kanan Benjamin telah buta dan hal ini tak diketahui sama sekali oleh kedua orangtuanya.
Kemudian setelah menjalani pemeriksaan di bawah pengaruh obat bius, keluarga ini pun dirujuk ke klinik khusus retinoblastoma yang berada di Royal London Hospital.
Retinoblastoma sendiri
memiliki beberapa tingkatan berdasarkan posisi dan ukuran tumornya, dengan poin
A menunjukkan retinoblastoma yang tidak mengkhawatirkan dan poin E untuk yang
paling berbahaya. Sedangkan dokter menilai retinoblastoma di mata kanan Benjamin
telah menunjukkan poin D, artinya kondisinya sudah cukup parah.
Yang tak kalah mengejutkan, mata kiri Benjamin ternyata juga sudah terjangkit kanker yang sama meski poinnya masih A, karena terdeteksi sejak dini.
Bocah yang masih berusia setahun itu pun menjalani enam kali kemoterapi. Benjamin tergolong beruntung peluang hidupnya masih 99 persen lebih. Hal ini karena tumornya diketahui lebih awal sehingga Benjamin masih bisa hidup dan penglihatannya mungkin juga bisa dikembalikan, terutama di mata kirinya. Namun untuk mata kanan, peluang kesembuhannya masih 50/50.
Setelah sesi kemoterapi usai, Benjamin masih harus bolak-balik ke London setiap 4-6 minggu sekali untuk monitoring dan pengobatan lanjutan. "Terlepas dari penyakitnya itu, Benjamin adalah bocah yang aktif dan ceria," ujar Will.
Selain memuji si tukang kacamata yang menemukan gejala retinoblastoma pada putranya, Will juga menyampaikan pesan kepada orangtua lainnya. "Yang terpenting bila Anda khawatir, segera periksakan kondisi anak Anda," sarannya.
Retinoblastoma merupakan kanker mata langka yang umumnya menyerang retina anak-anak di bawah usia lima tahun. Gejala yang paling sering ditemukan antara lain semacam refleksi putih di pupil si pasien yang bisa dilihat baik dari foto maupun saat pencahayaan redup.
Anak yang menderita retinoblastoma juga bisa mendadak juling, warna irisnya berubah atau matanya membengkak dan memerah tanpa terkena infeksi.
Yang tak kalah mengejutkan, mata kiri Benjamin ternyata juga sudah terjangkit kanker yang sama meski poinnya masih A, karena terdeteksi sejak dini.
Bocah yang masih berusia setahun itu pun menjalani enam kali kemoterapi. Benjamin tergolong beruntung peluang hidupnya masih 99 persen lebih. Hal ini karena tumornya diketahui lebih awal sehingga Benjamin masih bisa hidup dan penglihatannya mungkin juga bisa dikembalikan, terutama di mata kirinya. Namun untuk mata kanan, peluang kesembuhannya masih 50/50.
Setelah sesi kemoterapi usai, Benjamin masih harus bolak-balik ke London setiap 4-6 minggu sekali untuk monitoring dan pengobatan lanjutan. "Terlepas dari penyakitnya itu, Benjamin adalah bocah yang aktif dan ceria," ujar Will.
Selain memuji si tukang kacamata yang menemukan gejala retinoblastoma pada putranya, Will juga menyampaikan pesan kepada orangtua lainnya. "Yang terpenting bila Anda khawatir, segera periksakan kondisi anak Anda," sarannya.
Retinoblastoma merupakan kanker mata langka yang umumnya menyerang retina anak-anak di bawah usia lima tahun. Gejala yang paling sering ditemukan antara lain semacam refleksi putih di pupil si pasien yang bisa dilihat baik dari foto maupun saat pencahayaan redup.
Anak yang menderita retinoblastoma juga bisa mendadak juling, warna irisnya berubah atau matanya membengkak dan memerah tanpa terkena infeksi.
Sumber:
http://health.detik.com
0 comments:
Posting Komentar