Stockholm, Ibu Kota Hijau Pertama di Eropa
Stockholm,
Ibu Kota Ramah Lingkungan Pertama di Eropa ini menerapkan sejumlah inisiatif
hijau guna menciptakan kota yang ramah alam.
Stockholm dinobatkan sebagai Ibu
Kota Ramah Lingkungan Pertama di Eropa oleh Komisi Eropa pada 2010. Guna meraih
gelar tersebut, dalam beberapa tahun terakhir, Stockholm berinvestasi di
beberapa sektor guna menciptakan model kota yang berkelanjutan.
Hasilnya, pada 2009,
produksi gas rumah kaca Swedia turun 3,6 juta ton menjadi 60 juta ton dari
level 2008. Tingkat polusi juga turun 17% dari tahun 1990. Jumlah total emisi
gas rumah kaca dari industri transportasi domestik mencapai 20,3 juta ton,
sementara emisi dari sektor energi mencapai 24,2 juta ton.
Inisiatif
Program Lingkungan Stockholm menyediakan sistem transportasi yang efisien dan ramah
lingkungan. Sekitar 670 juta perjalanan individu dilayani oleh jaringan yang
didukung oleh lebih dari 2000 bis, 1000 gerbong kereta api dan berbagai jenis
angkutan perkotaan (metro carriages).
Semua sistem transportasi publik
tersebut menggunakan bahan bakar yang bersih dan ramah alam (clean energy).
Semua layanan kereta – dan juga bis-bis perkotaan – dioperasikan dengan energi
terbarukan. Mobil-mobil tradisional diganti dengan mobil-mobil ramah lingkungan
yang jumlahnya kini mencapai hampir 100.000 armada.
Dari sisi regulasi, sejak 2006,
Stockholm membebankan pajak emisi pada semua mobil yang terdaftar di Swedia
yang masuk dan keluar pusat kota Stockholm di luar jam kantor. Kebijakan ini
berhasil mengurangi emisi dan kepadatan lalu lintas sebesar 10-15%.
Di bidang energi, kota Stockholm
memiliki tradisi pengelolaan sampah dan pengolahan energi dari limbah rumah
tangga sejak berabad silam.
Dalam Rencana Pengelolaan Limbah
Strategis (Strategic Waste Management Plan) untuk tahun 2008-2012, Stockholm
berupaya meningkatkan jumlah limbah makanan yang dikumpulkan dan diolah.
Target kota ini adalah mengolah
35% limbah makanan yang berasal dari restoran dan toko kelontong – dan 10%
limbah makanan rumah tangga.
Guna mencapai target tersebut,
pemerintah memromosikan pengumpulan dan pemilahan limbah makanan yang berasal
dari restoran. Saat ini, panas yang dihasilkan dari pengolahan limbah makanan
digunakan untuk sistem pemanas ruangan rumah tangga dan sudah memasok lebih
dari 70% rumah.
Sementara itu, dari sisi pengelolaan
limbah, 25% limbah kota berhasil didaur ulang dan dikomposkan sehingga
menciptakan sistem pengelolaan limbah yang efektif. Stockholm juga memiliki dua
pusat pengelolaan air limbah yang mampu memasok air bagi 1 juta penduduk.
Air limbah diproses dengan
teknologi canggih guna memisahkan unsur nitrogen dan fosfor. Standar
pengelolaan air limbah ini melampaui Standar Pengelolaan Air Limbah Perkotaan
yang ditetapkan oleh Uni Eropa.
Biogas yang dihasilkan oleh
pabrik pengolahan air limbah ditingkatkan kualitasnya untuk digunakan sebagai
bahan bakar bis umum, taksi dan kendaraan pribadi. Sementara panas yang
dihasilkan dipakai untuk kebutuhan rumah tangga. Semua kebijakan ini saling
terkait dan mendukung Stockholm menjadi Ibu Kota Hijau Pertama di Eropa.
http://www.hijauku.com
0 comments:
Posting Komentar