Seberkas cahaya mentari menerangi meja ujianku, masuk
melewati celah-celah kaca jendela ruangan ujian, berwarna coklat kusam karena
bangunan yang sudah tua. Tepat cahaya itu mengarah padaku. Bunyi ketukan jarum
arloji di tanganku menunjukkan masih ada 45 menit waktu yang tersisa, sedangkan
aku telah selesai menjawab semua soal-soal yang berbelit-belit dan senang
sekali berlarian mengelilingi otak ini. Mata ini perlahan mulai merasa lelah
kemudian sayu dan kuputuskan untuk
merebahkan kepala sejenak di meja sambil melihat ke arah tangga di luar
jendela. Terlihat sosok itu berjalan menuruni anak tangga. Dengan mata yang
kupaksakan terbuka, aku mengamati sosok itu. Hanya sebagian rambutnya saja yang
terlihat, namun aku sangat mengenal sosok itu. Tunggu sebentar, “sosok” mungkin
itu terdengar menggelikan, atau mungkin “makhluk”ah sudahlah yang pasti tak ada
julukan lain untuk sosok itu. Ya tentu sosok itulah yang saat ini kukagumi
dalam diam. Sekarang kau sudah mulai
mengetahui bahwa aku adalah seorang “pengagum”
sosok itu. Mataku masih tetap menatap sosoknya yang perlahan menghilang
dari balik tangga. Sementara mataku masih terpaku pada tempat sosok itu tadi,
pikiranku ini mulai mengaktifkan sinyalnya. Aku mulai bertanya-tanya pada
pikiranku sendiri. Akankah sosok itu mengetahui pengagumnya? Apa yang dilakukan
sosok itu setelah mengetahui pengagumnya? Akankah sosok itu menjauh dari pengagumnya
atau mungkin sebaliknya? Namun, mengapa bisa sosok itu tidak memperdulikan
pengagumnya? Atau karena dia seorang pengagum dan hanya terfokus pada apa yang
ia kagumi? Mungkin sosok itu juga sama sepertiku, aku mengetahui bahwa aku
memiliki pengagum. Dan aku tak memperdulikan pengagumku sebab aku sedang
terfokus pada sosok itu. Entah seorang pengagum memiliki pengagumnya, lucu
sekali. Tapi bisakah seorang pengagum yang mengagumi seorang pengagum juga,
dapat menemui titik kagum ataukah mereka akan pergi pada titik fokusnya masing-masing.
Atau…ah. Sudah. Cukup. Hentikan. Apa yang sedang aku pikirkan sebenarnya. Seharusnya
aku tak perlu menanyakan pertanyaan yang jelas-jelas tak bertemu jawaban. Tiba-tiba
suara audiotelling mengumumkan waktu
tersisa 10 menit. Dan akhirnya aku tersadar dari pikiranku yang tak jelas itu. Saat
ini aku hanya bisa memperhatikan sosok itu dari jauh, memperhatikan setiap
gerak geriknya yang membuatku bahagia (sementara). Dan untuk saat ini aku tak
ingin memperdulikan perasaan yang membuatku lebih bertanya-tanya (lagi). Ya saat
ini aku masih harus menjadi “Pengaum dalam Diam” untuk sosok itu.
Masih
menunggu jawaban atas kepastian
Pengagummu
dalam diam
~Zah